Rabu, 08 Agustus 2012

Keraton Yogjakarta


Keadaan Lahiriah
Keraton Yogjakarta mempunyai arsitektur sedemikian rupa, membujur begitu panjang, jumlah jalan keluar masuk ada 9 buah,5 buah jalan bertemu di alun-alun selatan, kalau ada pohon yang mati diganti dengan pohon semacam itu juga, menujukan kepada kita bahwa segala sesuatu di dalamnya mengandung arti dan maksud tertentu. Dari selatan terdapat krapyak. Krapyak adalah sebuah tempat tinggi (podium)untuk melihat pemburuan rusa. Di dekatnya terletak kampung Mijen (wiji).


Di sebelah utara alun-alun terdapat sebuah trateg, sebuah tempat berteduh, beratap anyaman-anyaman bambu dan kanan kirinya ditanami pohon-pohon Gayam. Kanan kirinya sitihinggil ada 2 buah jalan bertemu satu sama lainnya di regol kemandungan, sebelah utara sitihinggil. Jalan ini di sebut “pamengkang”. Di sitihinggil ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk pendopo, di tengah-tengah ada selogilangnya, tempat duduk Sri Sultan.
Kemudian sampai di halaman kemandungan melalui Regol kemandungan. Halaman ini ditanami dengan pohon-ppohon Kepel, Cengkir Gading dan Pelem. Dua buah jalan ke kanan dan ke kiri menghubungkan halaman ini dengan dunia luar.
Kalau kita melanjutkan perjalanan kita ke utara, maka kita melalui Regol Gadungmalati sampailah di halaman “Kemagangan”. Di halaman ini ada sebuah jalan ke barat menuju “Dapur Kraton” Gebulen dan jalan lain ke timur, ke “Dapur Kraton” Sekullanggen.
Kita masuk Regol Kemagangan dan sampailah kita ke plataran Kedaton. Sampai di sini, berhentilah kita dahulu untuk kembali lagi ke selatan, menyelidiki arti batiniah bagian ini.

Arti Simbolik Dari Keraton
1.      Krapyak adalah sebuah gambaran dari temapt asal roh-roh. Di sebelah uataranya terletak kampung Mijen, berasal dari pekataan Wiji(Benih). Jalan lurus ke utara, kanan kiri dihiasi dengan pohon Asem dan Tanjung menggambarkan kehidupan Sang Anak yang lurus, bebas dari rasa sedih dan cemas, rupanya “nengsemkaen” (menarik) serta disanjung-sanjung selalu, istemewa oleh ibu bapaknya.
2.      Sampailah kita di Plengkung Nirbaya. Plengkung menggambarkan batas periode sang anak menginjak dari masa kanak-kanak ke masa pra-puber. Sinom adalah daun asem yang masih muda, rupanya hijau muda, sangat menarik, tetapi berarti juga rambut halus-halus di dahi pemudi. Sinom itu selalu dipelihara denga cermat oleh pemudi-pemudi, karena dapat menambah kecantikannya.
3.      Di alun-alun selatan kita bisa lihat 2 pohon Beringin, bernama “Wok”. Wok berasal dari kata “Bewok”. Dua pohon beringin di tengah-tengah alun-alun menggambarkan bagian badan kita yang rahasia sekali, maka dari itu diberi pagar batu bata.
“Jumlahnya”, yaitu 2, menunjukan laki-laki, “namanya” yaitu”Supit Urang” menunjukan perempuan. Keliling alun-alun ditanami pohon Kweni dan Pakel, artinya sang anak sudah wani (Berani) karena sudah “akil baligh”.
4.      Kita menuju terus ke utara, ke Sitihinggil. Disini ada sebuah trateg atau tempat istirahat beratap anyaman bambu. Kanan kiri tumbuh pohon-pohon Gayam denga daun-daunnya yang rindang serta bunga-bunganya yang harum wangi. Siapa saja yang berteduh di bawah trateg itu akan merasa aman, tenteram, senang dan bahagia. Menggambarkan rasa pemuda-pemudi yang sedang dirindu cinta asmara.
5.      Di Sitihinggil, di tengah-tengah dahulu ada pendoponya dan di tengah-tengah lantai ada selo-gilangnya. Tempat singgasana Sri Sultan. Kanan kiri pendopo Sitihinggil, dihalaman sebelah timur dan barat ada kamar mandinya. Sitihinggil ini dilingkari oleh sebuah jalan, Pamekang namanya. Mekangkang adalah keadaan kaki kita, kalau terletak sedikit jauh satu sama lainnya.

Upacara Grebeg
Grebeg ialah upacara keagamaan di kraton, yang diadakan tiga kali setahun, bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW (Grebeg Maulud), Hari Raya Idul Fitri (Grebeg sawal) dan Hari Raya Aidil Adha (Grebeg Besar).
Pada hari itu Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-gunungan berisikan makanan an lain-lain kepada rakyat. Upacara semacam itu disertai dengan upacara peyembahan Tuhan Yang Maha Kuasa oleh Sri Sultan sendiri di Sitihinggil utara dan kemudian pembacaan do’a oleh Kyai Pengulu untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, keagungan agama dan kebahagian serta keselamatan kraton, nusa dan bangsa pada umumnya.
Setelah keluar dari Regol Sri Manganti, Sri Sultan melihat dihadapnya Bangsal Ponconiti. Ponco berarti lima, simbol dari panca indranya kita. Niti berarti meneliti, menyelidiki, memeriksa. Disinilah Sri Sultan mulai meneliti panca indriyanya, mempersatukan pikirannya untuk sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menjungjung tinggi perintahNya. Karena itulah kanan-kiri Bangsal Ponconiti ditanami pohon-pohon Tanjung. Halaman dimukanya disebut Kemandungan. Mandung berarti mengumpilkan. Tanaman yang terlihat di sebelum utara halaman ini adalah Photon Kepel dan Cengkirgading.
Kepel atau Kempel berarti menjadi padat atau beku. Cengkigading berwarna kuning. Arna kuning adalah simbol segala sesuatu yang mengandung makna ketuhanan. Jadi semuanya mempunyai arti :”Kumpukan dan padatkanlah tuan punya panca indrinya dan pikiran, sebab tuan akan bersujud di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa” melalui Regol Brajanala. Sri Sultan naik tangga-lantai dan dimukanya terlihatlah olehnya sebuah tembok dari batu bata disebut “renteng menog baturna”.

Bangsal Manguntur Tangkil
Yang disebut Bangsal Manguntur Tangkil adalah sebuah bangsal kecil yang terletak di Trateg Sitihingkil, jadi sebuah bangsal di dalam bangsal. Ini mempunyai arti, bahwa di dalam badan kita (wadag) ada roh atau jiwa. Manguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu untuk menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara mengheningkan cipta atau bersamadi. Di belakang Bangsal Manguntur Tangkil ada sebuah bangsal besar yaitu bangsal witono, mengandung arti wiwitono atau mulailah! Pada saat Sri Sultan mulai bersamadi di Bangsal Manguntur Tangkil.
Pengalaman dalam bersamadi, digambarkan dengan adanya ampilan-dalem yaitu :
1.      Banyak atau nangsa adalah simbol kesucian dan kewaspadaan,
2.      Dalang atau kijang, adalah simbol kegesitan dan kebijaksanan Kegesitan dalam berpikir dan mengambil tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan,
3.      Saung atau ayam jantan adalah simbol keberanian
4.      Galing atau merak dalah simbol kewibawaan
5.      Ardawakila atau naga di dalam mythologie Jawa adalah penyangga, pembawa dunia. Artinya Sri Sultan adalah pembawa, penyangga segala tanggung jawab.
6.      Kacumas atau saputan mas. Simbol dari penghapus segala kekotoran (jasmaniah, rohaniah, ketatanegaraan, pemerintah dan sebagainya).
7.      Kutuk simbol dari daya penarik.
8.      Kandil atau lentera. Simbol dari penerangan di hati rakyat.
9.      Saput atau tempat egala macam alat, simbol dari kesiap-siagaan. Ampilan satu ini harus dibawa oleh seorang lurah keparak para gusti.

Rintangan-Rintangan Dalan Semadi
Tepat dimuka Tratag Sitihinggil dan Bansal Manguntur Tangkil, terdapat sebuah bangunan bernama Tarub Hagung.
Bangunan ini berdiri atas 4 tiang tinggi dari besi (pilar besi) dan mempunyai bentuk empat persegi. Arti bangunan ini adalah : siapa yang semedi atau gemar semedi, sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berada selalu dalam keagungan. Menuruti garis lurus pandangan mata ke utara, kita lalui pagelaran, tempat dimana patih dan pegawai bawahannya“sowan“ atau duduk menunggu “dawu“ atau perintah Sri Sultan. Siapa yang sedang menjalankan semadi berada dalam suasan terang benderang, karena dapat penerangan dari Tuhan sendiri.
Sampai di alun-alun terdapat pohon beringin di tengah alun-alun yang menggambarkan suasana seakan-akan kkita terpisah dari diri kita sendiri, seakan-akan kita kembar. Dan sampai pasar Beringharja gambaran rintangan-rintangan atau goda-goda dalam semedi yang hebat. Setelah itu sampai di Kematihan. Seorang patih adalah seoranng pegawai tertinggi dari Sri Sultan yang besara sekali kekuasaannya. Menurut arti godaan dalam semadi berupa kekuasaan, derajat, pangkat dan semat (uang). Sampai di akhir tujuan yaitu tugu simbol dari tempat Alif Mutakalliman Wachid, badan, ilafi, bersatunya kaula dan gusti, bersatu hamba dan tuhannya, yang memberi keyakinan dan izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Perlu juga diterngkan disini bahwa keluarga gunungan-gunungan dari keraton menuju ke mesjid besar di sepanjang jalan dan diberi penghormatan salvo dari prajurit-prajurit keraton diwakili oleh 2 pelaton prajurit pula, sampai ke pintu gerbang mesjid besar.

Jengkar Dalem
Jengkar adalem artinya pulan ke keraton, menggambarkan pulangnya kita ke alam baka. Setelah meninggalkan Sitihinggil, samapailah Sri Sultan di Kemandungan Lor. Disitu dilihatnya pohon-pohon Keben. Ini mengandung arti : “Tangkeben (Tutuplah!) mata saudara, telinga saudara, rasa saudara, sebab saudara, sebentara lagi akan menginjak zaman sakaratul maut.
Di halaman Sri Manganti ada sebuah bangsala lagi, disebut Bangsal  Traju Mas. Ini mengandung arti supaya kita menimbang-menimbang man yang betul, mana yang salah, jangan sampai ingat lagi pada keduniawian, isttri dan anak-anak yang kita tinggalkan.
Sebelah selatan Sri Sultan melihat sebuah gedung tinggi, besar, yaitu gedung Purwaretna. yang mempunyai arti : “ kita harus selalu ingat kepada asal mula kita “ .
Diatas relog ada sebuah bulatan atau dengku mengelilingi jagad atau Buwana. mengelilingi dalam bahasa Jawanya : Hamengku. Keduanya dapat dibaca Hamengku Buwana, nama dari Sri Sultan 2 ekor binatang dibawahnya namanya Slira. Adalah delapan. Semua berarti : Hamengku Buwana VIII.
Kemudian Sri Sultan melihat Regol Danapratapa. Area raksasa di kanan kiri regol menggambarkan nafsu baik  dan nafsu jahat pada setiap manusia. Pohon jambu Dersono dengan area dimukanya  memberi nasehat kepada  kita : “ Sebaik-baiknya manusia ialah ia yang dapat membedakan antara baik dan jahat “ .
Setelah melalui Regol Danapratapa, Sri Sultan sampai di Plataran Kedaton dan naik di Bangsal Kencana. Perkataan “kencana“ itu mengandung sifat-sifat, anasir-anasir yang bercahaya. Bangasal Kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti.
Kemudian Sri Sultan masuk ke gedung Prabayeksa. Di dalamnya ada sebuah lampu yang tak pernah padam bernama Kyai Wiji. Praba artinya dalah cahaya, Yeksa berarti besar, jadi cahaya yang besar atau tenang.
Sebelah kanan gedung Prabayeksa berdirilah sebuah bangunan besar bercat kuning, Gedong Kuning namanya. Gedung ini ialah gambaran tempat roh-roh yang telah hening, bening, murni, yaitu surga langgeng. Kuning adalah warna segala sesuatu yang bersifat ketuhanan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;