Keadaan
Lahiriah
Keraton
Yogjakarta mempunyai arsitektur sedemikian rupa, membujur begitu panjang, jumlah
jalan keluar masuk ada 9 buah,5 buah jalan bertemu di alun-alun selatan, kalau
ada pohon yang mati diganti dengan pohon semacam itu juga, menujukan kepada
kita bahwa segala sesuatu di dalamnya mengandung arti dan maksud tertentu. Dari
selatan terdapat krapyak. Krapyak
adalah sebuah tempat tinggi (podium)untuk melihat pemburuan rusa. Di dekatnya
terletak kampung Mijen (wiji).
Di
sebelah utara alun-alun terdapat sebuah trateg, sebuah tempat berteduh, beratap
anyaman-anyaman bambu dan kanan kirinya ditanami pohon-pohon Gayam. Kanan
kirinya sitihinggil ada 2 buah jalan bertemu satu sama lainnya di regol
kemandungan, sebelah utara sitihinggil. Jalan ini di sebut “pamengkang”. Di sitihinggil
ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk pendopo, di tengah-tengah ada selogilangnya, tempat duduk Sri Sultan.
Kemudian
sampai di halaman kemandungan melalui Regol kemandungan. Halaman ini ditanami
dengan pohon-ppohon Kepel, Cengkir Gading dan Pelem. Dua buah jalan ke kanan
dan ke kiri menghubungkan halaman ini dengan dunia luar.
Kalau
kita melanjutkan perjalanan kita ke utara, maka kita melalui Regol Gadungmalati
sampailah di halaman “Kemagangan”. Di halaman ini ada sebuah jalan ke barat
menuju “Dapur Kraton” Gebulen dan jalan lain ke timur, ke “Dapur Kraton”
Sekullanggen.
Kita
masuk Regol Kemagangan dan sampailah kita ke plataran Kedaton. Sampai di sini,
berhentilah kita dahulu untuk kembali lagi ke selatan, menyelidiki arti
batiniah bagian ini.
1. Krapyak adalah sebuah gambaran dari
temapt asal roh-roh. Di sebelah uataranya terletak kampung Mijen, berasal dari
pekataan Wiji(Benih). Jalan lurus ke utara, kanan kiri dihiasi dengan pohon
Asem dan Tanjung menggambarkan kehidupan Sang Anak yang lurus, bebas dari rasa
sedih dan cemas, rupanya “nengsemkaen” (menarik) serta disanjung-sanjung
selalu, istemewa oleh ibu bapaknya.
2. Sampailah kita di Plengkung Nirbaya.
Plengkung menggambarkan batas periode sang anak menginjak dari masa kanak-kanak
ke masa pra-puber. Sinom adalah daun asem yang masih muda, rupanya hijau muda,
sangat menarik, tetapi berarti juga rambut halus-halus di dahi pemudi. Sinom
itu selalu dipelihara denga cermat oleh pemudi-pemudi, karena dapat menambah
kecantikannya.
3. Di alun-alun selatan kita bisa lihat 2
pohon Beringin, bernama “Wok”. Wok berasal dari kata “Bewok”. Dua pohon
beringin di tengah-tengah alun-alun menggambarkan bagian badan kita yang
rahasia sekali, maka dari itu diberi pagar batu bata.
“Jumlahnya”, yaitu 2,
menunjukan laki-laki, “namanya” yaitu”Supit Urang” menunjukan perempuan.
Keliling alun-alun ditanami pohon Kweni dan Pakel, artinya sang anak sudah wani
(Berani) karena sudah “akil baligh”.
4. Kita menuju terus ke utara, ke
Sitihinggil. Disini ada sebuah trateg atau tempat istirahat beratap anyaman
bambu. Kanan kiri tumbuh pohon-pohon Gayam denga daun-daunnya yang rindang
serta bunga-bunganya yang harum wangi. Siapa saja yang berteduh di bawah trateg
itu akan merasa aman, tenteram, senang dan bahagia. Menggambarkan rasa
pemuda-pemudi yang sedang dirindu cinta asmara.
5. Di Sitihinggil, di tengah-tengah dahulu
ada pendoponya dan di tengah-tengah lantai ada selo-gilangnya. Tempat
singgasana Sri Sultan. Kanan kiri pendopo Sitihinggil, dihalaman sebelah timur
dan barat ada kamar mandinya. Sitihinggil ini dilingkari oleh sebuah jalan,
Pamekang namanya. Mekangkang adalah keadaan kaki kita, kalau terletak sedikit
jauh satu sama lainnya.
Upacara Grebeg
Grebeg
ialah upacara keagamaan di kraton, yang diadakan tiga kali setahun, bertepatan
dengan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW (Grebeg Maulud), Hari Raya Idul Fitri
(Grebeg sawal) dan Hari Raya Aidil Adha (Grebeg Besar).
Pada
hari itu Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-gunungan berisikan
makanan an lain-lain kepada rakyat. Upacara semacam itu disertai dengan upacara
peyembahan Tuhan Yang Maha Kuasa oleh Sri Sultan sendiri di Sitihinggil utara
dan kemudian pembacaan do’a oleh Kyai Pengulu untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, keagungan agama dan kebahagian serta keselamatan kraton, nusa dan
bangsa pada umumnya.
Setelah
keluar dari Regol Sri Manganti, Sri Sultan melihat dihadapnya Bangsal
Ponconiti. Ponco berarti lima, simbol dari panca indranya kita. Niti berarti
meneliti, menyelidiki, memeriksa. Disinilah Sri Sultan mulai meneliti panca
indriyanya, mempersatukan pikirannya untuk sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
menjungjung tinggi perintahNya. Karena itulah kanan-kiri Bangsal Ponconiti
ditanami pohon-pohon Tanjung. Halaman dimukanya disebut Kemandungan. Mandung
berarti mengumpilkan. Tanaman yang terlihat di sebelum utara halaman ini adalah
Photon Kepel dan Cengkirgading.
Kepel
atau Kempel berarti menjadi padat atau beku. Cengkigading berwarna kuning. Arna
kuning adalah simbol segala sesuatu yang mengandung makna ketuhanan. Jadi
semuanya mempunyai arti :”Kumpukan dan padatkanlah tuan punya panca indrinya
dan pikiran, sebab tuan akan bersujud di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa” melalui
Regol Brajanala. Sri Sultan naik tangga-lantai dan dimukanya terlihatlah
olehnya sebuah tembok dari batu bata disebut “renteng menog baturna”.
Bangsal Manguntur Tangkil
Yang
disebut Bangsal Manguntur Tangkil adalah sebuah bangsal kecil yang terletak di
Trateg Sitihingkil, jadi sebuah bangsal di dalam bangsal. Ini mempunyai arti,
bahwa di dalam badan kita (wadag) ada
roh atau jiwa. Manguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil,
yaitu untuk menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara mengheningkan cipta
atau bersamadi. Di belakang Bangsal Manguntur Tangkil ada sebuah bangsal besar yaitu
bangsal witono, mengandung arti wiwitono atau mulailah! Pada saat Sri Sultan mulai
bersamadi di Bangsal Manguntur Tangkil.
Pengalaman
dalam bersamadi, digambarkan dengan adanya ampilan-dalem yaitu :
1. Banyak atau nangsa adalah simbol
kesucian dan kewaspadaan,
2. Dalang atau kijang, adalah simbol
kegesitan dan kebijaksanan Kegesitan dalam berpikir dan mengambil
tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan,
3. Saung atau ayam jantan adalah simbol keberanian
4. Galing atau merak dalah simbol
kewibawaan
5. Ardawakila atau naga di dalam mythologie
Jawa adalah penyangga, pembawa dunia. Artinya Sri Sultan adalah pembawa,
penyangga segala tanggung jawab.
6. Kacumas atau saputan mas. Simbol dari
penghapus segala kekotoran (jasmaniah, rohaniah, ketatanegaraan, pemerintah dan
sebagainya).
7. Kutuk simbol dari daya penarik.
8. Kandil atau lentera. Simbol dari
penerangan di hati rakyat.
9. Saput atau tempat egala macam alat,
simbol dari kesiap-siagaan. Ampilan satu ini harus dibawa oleh seorang lurah
keparak para gusti.
Rintangan-Rintangan Dalan Semadi
Tepat
dimuka Tratag Sitihinggil dan Bansal Manguntur Tangkil, terdapat sebuah
bangunan bernama Tarub Hagung.
Bangunan
ini berdiri atas 4 tiang tinggi dari besi (pilar besi) dan mempunyai bentuk
empat persegi. Arti bangunan ini adalah : siapa yang semedi atau gemar semedi,
sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berada selalu dalam keagungan. Menuruti
garis lurus pandangan mata ke utara, kita lalui pagelaran, tempat dimana patih dan
pegawai bawahannya“sowan“ atau duduk menunggu “dawu“ atau perintah Sri Sultan.
Siapa yang sedang menjalankan semadi berada dalam suasan terang benderang,
karena dapat penerangan dari Tuhan sendiri.
Sampai
di alun-alun terdapat pohon beringin di tengah alun-alun yang menggambarkan
suasana seakan-akan kkita terpisah dari diri kita sendiri, seakan-akan kita
kembar. Dan sampai pasar Beringharja gambaran rintangan-rintangan atau
goda-goda dalam semedi yang hebat. Setelah itu sampai di Kematihan. Seorang
patih adalah seoranng pegawai tertinggi dari Sri Sultan yang besara sekali
kekuasaannya. Menurut arti godaan dalam semadi berupa kekuasaan, derajat,
pangkat dan semat (uang). Sampai di akhir tujuan yaitu tugu simbol dari tempat
Alif Mutakalliman Wachid, badan, ilafi, bersatunya kaula dan gusti, bersatu
hamba dan tuhannya, yang memberi keyakinan dan izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Perlu
juga diterngkan disini bahwa keluarga gunungan-gunungan dari keraton menuju ke
mesjid besar di sepanjang jalan dan diberi penghormatan salvo dari
prajurit-prajurit keraton diwakili oleh 2 pelaton prajurit pula, sampai ke
pintu gerbang mesjid besar.
Jengkar Dalem
Jengkar
adalem artinya pulan ke keraton, menggambarkan pulangnya kita ke alam baka.
Setelah meninggalkan Sitihinggil, samapailah Sri Sultan di Kemandungan Lor.
Disitu dilihatnya pohon-pohon Keben. Ini mengandung arti : “Tangkeben
(Tutuplah!) mata saudara, telinga saudara, rasa saudara, sebab saudara,
sebentara lagi akan menginjak zaman sakaratul maut.
Di
halaman Sri Manganti ada sebuah bangsala lagi, disebut Bangsal Traju Mas. Ini mengandung arti supaya kita
menimbang-menimbang man yang betul, mana yang salah, jangan sampai ingat lagi
pada keduniawian, isttri dan anak-anak yang kita tinggalkan.
Sebelah
selatan Sri Sultan melihat sebuah gedung tinggi, besar, yaitu gedung Purwaretna. yang mempunyai arti : “ kita harus
selalu ingat kepada asal mula kita “ .
Diatas
relog ada sebuah bulatan atau dengku mengelilingi jagad atau Buwana.
mengelilingi dalam bahasa Jawanya : Hamengku. Keduanya dapat dibaca Hamengku
Buwana, nama dari Sri Sultan 2 ekor binatang dibawahnya namanya Slira. Adalah
delapan. Semua berarti : Hamengku Buwana VIII.
Kemudian
Sri Sultan melihat Regol Danapratapa. Area raksasa di kanan kiri regol
menggambarkan nafsu baik dan nafsu jahat
pada setiap manusia. Pohon jambu Dersono dengan area dimukanya memberi nasehat kepada kita : “ Sebaik-baiknya manusia ialah ia yang
dapat membedakan antara baik dan jahat “ .
Setelah
melalui Regol Danapratapa, Sri Sultan sampai di Plataran Kedaton dan naik di
Bangsal Kencana. Perkataan “kencana“ itu mengandung sifat-sifat, anasir-anasir
yang bercahaya. Bangasal Kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti.
Kemudian
Sri Sultan masuk ke gedung Prabayeksa. Di dalamnya ada sebuah lampu yang tak
pernah padam bernama Kyai Wiji. Praba artinya dalah cahaya, Yeksa berarti
besar, jadi cahaya yang besar atau tenang.
Sebelah
kanan gedung Prabayeksa berdirilah sebuah bangunan besar bercat kuning, Gedong
Kuning namanya. Gedung ini ialah gambaran tempat roh-roh yang telah hening,
bening, murni, yaitu surga langgeng. Kuning adalah warna segala sesuatu yang
bersifat ketuhanan.
0 komentar:
Posting Komentar