Kamis, 21 Maret 2013

PERSATUAN ISLAM (PERSIS) PADA MASA K.H.E ABDURRAHMAN
 1960-1983

Oleh
 Nanang Sutisna


Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan umat Islam.  Gerakan-gerakan modern Islam itu muncul bersamaan dengan lahirnya kesadaran Nasional dalam wujud pergerakan Nasional. Kedua gerakan tersebut berjalan seiring dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Bagi umat Islam, usaha-usaha untuk menuju cita-cita ini di tempuh dalam bentuk organisasi-organisasi Islam dengan corak dan gayanya yang berbeda. Masing-masing ditentukan oleh lingkungan kedaerahan, pengaruh kepribadian tokoh-tokoh, dan tantangan yang di hadapi dari dalam maupun dari luar lingkungan masyarakat Islam.[1] Kecenderungan ini dapat dilihat dalam gerakan pembaharuan yang dilancarkan  oleh Persatuan Islam (selanjutnya disingkat PERSIS) sebagai organisasi pembaharu yang lahir di Bandung, Jawa Barat.


Di pentas sejarah, organisasi pembaharuan Islam di Indonesia  yang memiliki ciri sebagai gerakan tajdid, diantaranya Muhamadiyah yang berdiri di Yogyakarta, Al-Irsyad di Jakarta, Persatuan Umat Islam (PUI) yang berdiri tahun 1917 di Majalengka, Persatuan Islam (PERSIS) yang berdiri di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1923. Semua gerakan ini berdasarkan ajaran-ajaran salaf atau reformis.[2]
PERSIS berawal dari suatu kelompok tadarusan (penelaahan agama Islam) di Kota Bandung di bawah pimpinan H. Muhammad Zamzam dan H Muhammad Yunus. Bersama jamaahnya dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji serta menguji ajaran-ajaran Islam. Kelompok tadarusan yang bejumlah sekitar 20 orang itu menjadi semakin tahu akan hakikat Islam yang sebenarnya. Mereka pun menjadi sadar  bahaya keterbelakangan, kejumudan, penutupan pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian bid'ah. Mereka berusaha melakukan gerakan Tajdid dan pemurnian ajaran agama Islam dari faham-faham yang sesat  dan menyesatkan. Kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah dan berimarah dalam menyebarkan syariat Islam menimbulkan semangat kelompok tadarusan ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karakteristik yang khas.[3] Maka berdirilah PERSIS pada tanggal 12 September 1923 di Bandung.[4]
Dengan kata lain, pendirian PERSIS merupakan usaha sejumlah umat Islam untuk memperluas  topik-topik diskusi keagamaan yang telah dilakukan secara informal. Umat Islam yang terlibat dalam diskusi-diskusi ini semuanya adalah kelas pedagang yang berasal dari Palembang yang telah lama bermukim di Bandung dan pada akhirnya menyatakan diri sebagai orang Sunda.[5]
Sejak awal berdirinya, PERSIS lebih menitik beratkan perjuangannya pada penyebaran penyiaran faham Al-Qur'an dan As-Sunah kepada masyarakat muslim dan bukan untuk memperbesar dan memperluas jumlah anggota dalam organisasi. PERSIS pada umumnya kurang memberikan tekanan pada kegiatan organisasinya sendiri. PERSIS tidak terlalu berminat untuk membentuk banyak cabang atau menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan cabang tergantung pada inisiatif peminat semata dan bukan didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinana pusat.[6] Keanggotaan awal PERSIS kurang dari 20 orang pada tahun-tahun pertama. Aktivitaspun berkisar pada shalat jum'at ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajaran agama yang diberikan oleh sejumlah tokoh PERSIS.[7] Sebagai gerakan tajdid, PERSIS mempunyai ciri radikal apabila dibandingkan dengan organisasi lainnya. A.Hassan sebagai penggerak dan tokohnya dikenal sebagai ulama yang beraliran reformis, radikal dalam memutuskan hukum Islam, dan melaksanakannya berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunah.[8]
Perjalanan panjang sebuah organisasi sejak awal berdirinya hingga  sekarang ini tidak terlepas dari dinamika sosio-kultural  masyarakat dan perilaku politik di mana organisasi itu tumbuh dan berkembang. PERSIS pada periode awal di bawah pimpinan Muhammad Zamzam, Muhammad Yunus, A.Hassan, dan M. Natsir  menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Disamping masyarakat yang jumud, juga menghadapi kolonial Belanda dan kemudian Jepang. Menjelang kemerdekaan, PERSIS mulai tertarik dengan masalah-masalah politik. Menurut PERSIS bahwa kembali kepada Qur'an Sunah itu bukan hanya terbatas dalam aqidah dan ibadah, tetapi lebih luas dari pada itu, termasuk berjuang dalam politik memenangkan ideologi Islam.[9]
Pasca kemerdekaan, PERSIS  melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali sistem organisasi yang telah dibekukan oleh Jepang.  Reorganisasi tahun 1948 PERSIS berada di bawah kepemimpinan K.H. Isa Anshary dari tahun 1948-1960.[10]  Saat itu PERSIS dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil. PERSIS mengeluarkan sejumlah Manifesto politik yang isinya sebagian besar menolak konsepsi Bung Karno tentang NASAKOM, bahkan K.H Isa Anshary membentuk front anti komunis yang membahayakan umat Islam.[11]
Pada muktamar PERSIS ke-7 di Bangil, berkembang wacana agar PERSIS di ubah formatnya dari organisasi massa menjadi organisasi politik dengan nama baru "Jama'ah Muslimin". Hal itu diungkapkan oleh ketua umumnya K.H. Isa Anshary. Di pihak lain menginginkan PERSIS tetap eksis sebagai ormas Islam yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan. Gagasan K.H Isa Anshary tersebut ditolak oleh K.H.E Abdurrahman yang mendapat dukungan penuh dari pimpinan pusat pemuda PERSIS. Setelah melalui pertarungan yang sangat alot, akhirnya K.H.E Abdurrahman terpilih menjadi ketua umum PERSIS melalui referendum.[12]
Bergantinya pusat pimpinan dan perubahan situasi, rupanya mempengaruhi pula penampilan PERSIS. Bila pada masa kepemimpinan K.H. Isa Anshary, PERSIS kental dan akrab dengan politik praktis, maka PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrhaman sepertinya acuh tak acuh dengan poltik.[13] Selama masa kepemimpinan K.H.E Abdurahman dari tahun 1962-1983, PERSIS menunjukkan kecenderungan pada kegiatan-kegiatan sekitar tablig dan pendidikan, dari tingkat pusat hingga ke tingkat cabang. Hal  ini tidak terlepas dari langkah dan kebijakan K.H.E Abdurrahman.[14]
K.H.E Abdurrahman lebih mengorientasikan PERSIS sebagai "organisasi agama", sebab ia mengambil pola kepemimpinan ulama, bukan polical leader. Pada masa kepemimpinan K.H.E Abdurrahman inilah PERSIS kembali pada garis perjuangannya, sehingga tidak salah jikalau Dadan Wildan mengatakan bahwa K.H.E Abdurrahman sebagai penegak khittah PERSIS.[15]
Penelitian PERSIS pada masa periode kepemimpinan K.H.E Abdurrahman penting dilakukan, karena pada periode kepemimpinannya PERSIS mengalami reorientasi kembali menjadi organisasi yang memusatkan perhatian pada bidang sosial keagamaan. Disamping itu, peran K.H.E Abdurrahman di dalam tubuh PERSIS sangat menentukan bagaimana orientasi dan aktivitas PERSIS. Hal itulah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian tentang PERSIS, terutama pada masa K.H.E Abdurrahman.

B.  Batasan Dan Rumusan Masalah
Penelitian ini di fokuskan pada bagaimana corak PERSIS pada periode kepemimpinan K.H.E Abdurahman. Dengan demikian penelitian ini  di awali sejak PERSIS berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman pada tahun 1962. Dinamika yang terjadi dalam PERSIS ditelusuri sampai K.H.E Abdurrahman wafat pada tahun 1983.
Selama periode yang disebutkan di atas, permasalahan utama penelitian ini di arahkan kepada mencari jawaban kenapa PERSIS mengalami reorientasi pada masa kepemimpinan K.H.E Abdurrahman. Permasalahan itu membawa kepada penelusuran tentang PERSIS sebagai organisasi pembaharu dan faktor kepemimpinan di dalamnya. Selanjutnya permasalahan di atas dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
  1. Bagaimana dinamika PERSIS sejak berdiri sampai muktamar di Bangil?
  2. Sosok seperti apa K.H.E Abdurrahman itu?
  3. Perubahan apa saja yang terjadi ketika PERSIS berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman?
C   Tujuan Dan Kegunaan Penulisan
      Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
  1. Untuk mengetahui dan mejelaskan dinamika PERSIS sejak berdiri sampai Muktamar di Bangil.
  2. Untuk mengetahu sosok seperti apa K.H.E Abdurrahman itu.
  3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi ketika PERSIS berada dibawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman.
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
  1. Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah pengetahuan dan kepustakaan tentang organisasi keislaman dan figur tokoh di Indonesia.
  2. Bisa dijadikan sebai sumber informasi dan referensi dalam rangka penelitian tentang PERSIS dan tokoh-tokohnya.
  3. Bagi generasi muslim, dengan adanya penelitian tentang PERSIS dan tokohnya ini bisa dijadikan sebagai suri tauladan bagi umat Islam.

D.  Tinjauan Pustaka
Berkenaan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini, yaitu mengenai organisasi PERSIS sudah banyak ditulis. Akan tetapi selama penelusuran penulis di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penelitian yang secara khusus membahas PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman belum penulis temui. Adaupun karya-karya terdahulu yang ada hubungannya dengan topik yang penulis angkat antara lain:
 Persatuan Islam: pembaharuan Islam Abad XX yang ditulis oleh Howard M. Federspiel  (Yogyakarta:Gajah Mada University press.1996). Buku ini menguraikan perjalanan panjang PERSIS mulai dari sebelum perang dunia ke-II sampai kiprahnya dalam politik pada masa konstitusional. Federspil memaparkan ide-ide PERSIS, baik yang berkenaan dengan agama maupun politik dan pandangan mengenai Ahmadiyah, kaum Ba'alwi serta  agama Kristen.  buku ini juga menjabarkan kondisi dan aktivitas yang terbatas pada masa pendudukan Jepang sampai  pembekuan oleh Jepang. Pergolakan politik dan ideologi Nasional pada masa demokrasi terpimpin dijelaskan bagaimana PERSIS menentang ide  NASAKOM.
Buku yang ditulis oleh Dadan Wildan yang berjudul Yang Da'I Yang Politikus Hayat Dan Perjuangan Lima Tokoh PERSIS (yang dterbitkan oleh Rosda karya: Bandungpada tahun 1997). Di dalamnya dijelaskan tentang sejarah berdirinya PERSIS, aktivitas, dan dinamika organisasi PERSIS. Dalam buku ini pula dipaparkan riwayat hidup dan peran lima tokoh PERSIS yang sangat berpengaruh dan pernah menjabat sebagai ketua umum.
Skripsi karya Dudung Abdurhman mahasiswa fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga tahun 1988 yang berjudul “persatuan Islam gerakan dan pemikirannya di Indonesia tahun 1923-1958. Di dalam skripsi ini di bahas  gerakan PERSIS dan pemikiran yang berkembang tentang masalah agama dan politik, serta dampaknya terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran yg ditinjau saat PERSIS berada di bawah kepemimpinan A.Hassan, M.Natsir dan Isa Anshary.
Skripsi karya Abdurahman yang berjudul “Persatuan Islam Dalam Kepemimpinan K.H. Isa Anshary (1948-1960)”, Menjelaskan bagaimana PERSIS ketika berada dibawah kepemimpinan K.H. Isa Anshary. Dijelaskan pula bagaimana sikap PERSIS menentang kebijakan Soekarno tentang NASAKOM, juga dijelaskan peran-peran K.H.Isa Anshary.
Adapun skripsi ini lebih difokuskan pada penelitian tentang PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman mulai dari tahun 1962 sampai tahun 1983

E.  Landasan Teori
Untuk menelusuri beberapa hal yang terkait erat dengan tokoh seperti riwayat pendidikan, pengaruh, sebuah pemikiran, serta situasi yang mempengaruhinya, maka dalam penelian ini digunakan pendekatan biografis.
Pendekatan biografis adalah suatu pendekatan yang diarahkan kepada perkembangan cara berpikir dan faktor-faktor yang mempengaruhi seorang tokoh ataupun pengaruh yang yang disebabkan oleh tokoh tersebut.[16] Pendekatan biografis berfungsi untuk memahami dan mendalami kepribadian seseorang dituntut pengetahuan latar belakang lingkungan sosial kultural dimana tokoh tersebut dibesarkan, bagaimana proses pendidikan formal dan informal yang dialami, watak-watak orang yang ada di sekitarnya. [17]
Adapun tujuan dari pendekatan biografis adalah untuk memberikan pengertian tentang subjek dan berusaha menetapkan dan menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan hidup dari subjek yang diteliti, pengaruh-pengaruh yang diterima subjek itu dalam masa formatif kehidupannya, sifat dan watak subjek, serta nilai subjek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.[18] Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kepribadian, riwayat hidup, dan perkembangan pemikiran K.H.E Abdurrahman secara komprehensif dan semaksimal mungkin objektif.
Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa kepemimpinan K.H.E Abdurrahman dalam organisasi PERSIS, dari mulai ia menjabat sebagai ketua umum, kebijakan yang dijalankan, serta sumbangan pemikiran-pemikirannya bagi PERSIS.
Untuk menganalisis bagaimana kepemimpinan yang dijalankan K.H.E Abdurrahman, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Max Weber yang membagi tiga jenis kepemimpinan menurut otoritasnya, yaitu otoritas legal Rasional, otoritas Tradisional, dan otoritas Kharismatik.[19]
Dari tiga teori yang dikemukakan oleh Max Weber tersebut, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Kharismatik, kepemimpinan ini adalah kepemimpinan berdasarkan ketaatan terhadap kesucian (kewibawaan) yang sifatnya khusus dan luar biasa, heroism atau sifat yang patut untuk diteladani dari seseorang, sehingga tipe ini lebih berfokus pada Kharisma yang ada pada diri seseorang, dan hal tersebut merupakan anugerah dari yang maha kuasa.[20]
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menggambarkan bahwa  K.H.E Abdurrahman merupakan pemimpin yang  kharismatik. Ia  tampil sebagai ulama yang rendah hati, berwibawa, berwawasan luas, dan dengan gaya kepemimpinan yang luwes telah membawa PERSIS pada garis perjuangan yang berbeda. Dengan menggunakan pendekatan persuasif edukatif, tanpa kesan keras namun tetap taguh dalam prinsip-prinsip berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Dia dikenal sebagai ulama besar, ahli hukum yang tawadlu yang tidak ingin disanjung sehingga tidak banyak dikenal umum.[21] K.H.E Abdurrahman menunjukkan orang yang sehat, bersih, dan selalu rapi dalam berpakaian, apalagi kalau hendak mengajar di pesantren  dia selalu tampil mengenakan celana panjang, berjas dan berdasi. Hal tersebut dilakukan bukan untuk disanjung, tetapi untuk menghilangkan kesan bahwa pakaian para ustad di pesantren selalu kotor, kumal, dan jorok.[22]
F.  Metode Penelitian
Penelitian dan pembahasan skripsi ini menggunakan metode sejarah, yakni di dalam pengkajian terhadap masalah-masalah yang di tetapkan selalu berdasarkan perspektf masa lampau dari objek yang diteliti. [23] Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalm metode ini adalah sebagai berikut: Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi.[24]
Keempat langkah dalam penelitian tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1.      Heuristik
Karena penelitian ini bersifat literer, maka dalam pencarian data, penulis menitik beratkan pada kajian kepustakaan yang terdiri dari sumber-sumber sekunder, sumber-sumber ini berupa buku-buku sejarah, dokumen-dokumen, majalah-majalah dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan pembahasan yang diteliti. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan keluarga K.H.E Abdurrahman ataupun dengan orang-orang yang mengetahui sosok K.H.E Abdurrahman
  1. Verifikasi
Untuk menguji otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang digunakan, dilakukan kritik intern dan ekstern. Langkah ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang satu dengan yang lain.
Kritik intern dilakukan untuk menguji apakah informasi yang didapatkan itu dapat diterima atau tidak, hal mana usaha pengujiannya antara lain dengan membandingkan data yang satu dengan data yang lainnya. Adapun kritik ekstern adalah dalam rangka menguji asli atau tidaknya sumber, hal ini terutama berkenaan dengan sumber tertulis atau sumber lisan.[25]
  1. Interpretasi
Tahap ini merupakan proses penafsiran terhadap data atau fakta yang dapat dikumpulkkan, dan setelah lolos dari seleksi (Kritik) sumber. Pada tahap ini juga terkait dengan proses penelitian serta pembahasan, yaitu menganalisa segala peristiwa yang sesuai dengan pokok permasalahan dan kemudian menyimpulkan (sintesa) terhadap fakta-fakta yang didapatkan, sehingga memperoleh penjelasan tentang masalah-masalah sejarah yang diteliti itu.
  1. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah. Dalam hal ini mencakup cara penulisan, pemaparan atau atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan[26] . Dalam tahap ini akhir penulis berusaha menulis kembali kejadian masa lampau dengan mengolah data yang sudah di kritik untuk kemudian menyajikannya dalam bentuk tulisan.

G. Sistematika Pembahasan
Penyajian penelitian ini mencakup lima bab.
Bab pertama merupakan pendahuluan, di dalamnya menguraikan beberapa pasal pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang gambaran PERSIS mulai dari sejarah berdirinya  dan aktivitas PERSIS dari masa ke masa. Pembahasan ini untuk memberikan gambaran tentang dinamika PERSIS dari mulai berdiri sampai pada muktamar di bangil.
Bab ketiga membahas tentang biografi K.H.E Abdurrahman, yang meliputi latar belakang keluarga, pendidikan, kecendikiawanan dan keulamaan K.H.E Abduraman dan karya-karyanya. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang sosok K.H.E Abdurrahman.
Bab keempat merupakan inti dari penelitian ini, dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang kebijakan-kebijakan K.H.E Abdurrahman selama menjadi ketua umum PERSIS, baik dalam bidang organisasi, pendidikan, dan dakwah. Selain itu, pembahasan ini dimaksudkan untuk bagaimana PERSIS ketika berada dibawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. Bab ini berisi kesimpulan, dan juga terdapat saran-saran.





DAFTAR PUSTAKA

Dadan wildan, yang da'I yang politikus hayat dan perjuangan lima tokoh persis.Bandung: Rosda Karya, 1997.

Dadan Wildan Annas. K.H.E Abdurrahman dan sejarah pembaharuan Islam Di Indonesia. Majalah Risalah, 1997.

Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.Jakarta:LP3S, 1985.

Dudung Abdurahman. Metode penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999, cet.II.

Federspiel. M. Howard. Persatuan Islam Pembaharuan Islam abad XX, terj. Yudian W. Asmin, H. Afandi muchtar. Yogyakarta: Gajah Mada Uneversity Press, 1996.

Gottschalk, louis. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI press, 1985.

Haris Muslim. Persis dari masa ke masa: sebuah refleksi sejarah, dalam siapkah persis menjadi mujadid lagi? upaya mewujudkan wacana persis baru. Yusup Burhanudin (ed). Bandung: Alqaprit, 2000.

Isa Anshary. Manifest Perjuangan Persatuan Islam. Secretariat pusat pimpinan Persatuan Islam.

Kuntowijoyo. Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: bentang Budaya,1995.

Majalah risalah. Persis dalam perspektif sejarahnya. 1990.

Max weber.The History of Social and Economic Organization, Transleted by A.M Henderson and talcott Parsons. London: The Free Press.1964.
            Sartono kartodirjo. Sejarah Pendekatan Ilmu Social Dalam Metodologi. Jakarta: Gramedia, 1992.

Stoddar, L. Dunia  Baru Islam. Jakarta: Panitia Penerbit.1996.

Winarno surakhmad. Pengantar Penelitian Dasar Metode Tekhnik. Bandung: Tarsito.1985.


[1] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 ( Jakarta: LP3S, 1985), hlm. 95
[2]L.Stoddar,  Dunia Baru Islam (Jakarta: panitia penerbit, 1996), hlm 306

[3] Pusat Pimpinan Persatuan Islam, Sejarah singkat Persatuan Islam (PERSIS) (Bandung: PP PERSIS , TT), hlm, 5
              [4]dadan wildan, Yang Da’I Yang Politikus hayat dan perjuangan lima tokoh PERSIS (Bandung:Rosda Karya,1997),hlm 7.
[5] Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembahruan Islam Abad XX,  terj Yudian W. Asmin, H.Afandi mochtar ( yogyakarta: Gajah Mada university Press, 1996), hlm15
[6] Haris Muslim,  Persis dari Masa ke Masa: sebuah refleksi sejarah, dalam siapkah persis menjadi mujadid lagi? Upaya mewujudkan wacana persis baru, Yusup burhanudin(ed.) ( Bandung: Alqaprint,2000) hlm18

[7] Howard M.Federspiel, Persatuan Islam, hlm 16

[8] L.Stoddard, Dunia Baru Islam, hlm 316
[9] Isa Anshary, manisfest Perjuangan Persatuan Islam ( Secretariat Pusat Pimpinan Persatuan Islam Dj. Pajagalan 22 Bandung 1958) hlm, 24

[10] Pusat Pimpinan Persatuan Islam  (PERSIS), Sejarah Singkat, hlm.12

[11] Dadan Wildan, Yang Da'i Yang Poltikus, hlm 13

[12] Haris Muslim, Persis dari Masa ke Masa, hlm 28

[13] Persis Dalam Persfiktif sejarahnya, Majalah Risalah no.13/XXVIII. Mei 1990, hlm 18

[14] Dadan Wildan Annas, K,H.E Abdurhman Dan Sejarah Pembaharuan Islam di Indonesia, Majalah Risalah no.6 TH XXXV. Agustus 1997, hlm 20

[15] Dadan Wildan, Yang Da'I Yang Politikus, hlm 135
[16] Winarno Surakhmad, pengantar penelitian Ilmiah Dasar Metode (Bandung: Tarsito, 1985),hlm.133

[17] Sartono kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:Gramedia, 1992), hlm.77
[18] Winarno Surakhmad, pengantar penelitian , hlm. 137

[19] Max weber, The history of Social and ekonomic Organization,Transleted by A.M Henderson and Talcott Parson (London: The Free Pess, 1964),hlm,328.
[20] Ibid, hlm,328
[21]  Dadan Wildan, Yang Da’I Yang Politikus hayat dan perjuangan Lima Tokoh Persis           ( Bandung: Rosda Karya, 1997)hlm.122
[22] ibid.hlm 123

[23] louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj Nugroho Notosusanto ( Jakarta: UI Press 1985) hlm 19

[24] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995), hlm 94-105
[25] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian ( Bandung: Tarsito, 1985), hlm 135
[26] Dudung Abdurahman, metode penelitian sejarah. Cet II (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999),hlm.67

0 komentar:

Posting Komentar

 
;