PERSATUAN ISLAM (PERSIS) PADA MASA K.H.E ABDURRAHMAN
1960-1983
Oleh
Nanang Sutisna
Permulaan abad ke-20
merupakan masa kebangkitan umat Islam. Gerakan-gerakan
modern Islam itu muncul bersamaan dengan lahirnya kesadaran Nasional dalam
wujud pergerakan Nasional. Kedua gerakan tersebut berjalan seiring dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Bagi umat Islam,
usaha-usaha untuk menuju cita-cita ini di tempuh dalam bentuk
organisasi-organisasi Islam dengan corak dan gayanya yang berbeda.
Masing-masing ditentukan oleh lingkungan kedaerahan, pengaruh kepribadian
tokoh-tokoh, dan tantangan yang di hadapi dari dalam maupun dari luar
lingkungan masyarakat Islam.[1] Kecenderungan ini dapat
dilihat dalam gerakan pembaharuan yang dilancarkan oleh Persatuan Islam (selanjutnya disingkat PERSIS)
sebagai organisasi pembaharu yang lahir di Bandung, Jawa Barat.
Di pentas sejarah,
organisasi pembaharuan Islam di Indonesia
yang memiliki ciri sebagai gerakan tajdid, diantaranya
Muhamadiyah yang berdiri di Yogyakarta, Al-Irsyad di Jakarta, Persatuan Umat
Islam (PUI) yang berdiri tahun 1917 di Majalengka, Persatuan Islam (PERSIS)
yang berdiri di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1923. Semua gerakan ini
berdasarkan ajaran-ajaran salaf atau reformis.[2]
PERSIS berawal dari suatu
kelompok tadarusan (penelaahan agama Islam) di Kota Bandung di bawah pimpinan
H. Muhammad Zamzam dan H Muhammad Yunus. Bersama jamaahnya dengan penuh
kecintaan menelaah, mengkaji serta menguji ajaran-ajaran Islam. Kelompok tadarusan
yang bejumlah sekitar 20 orang itu menjadi semakin tahu akan hakikat Islam yang
sebenarnya. Mereka pun menjadi sadar
bahaya keterbelakangan, kejumudan, penutupan pintu ijtihad,
taklid buta, dan serangkaian bid'ah. Mereka berusaha melakukan gerakan Tajdid
dan pemurnian ajaran agama Islam dari faham-faham yang sesat dan menyesatkan. Kesadaran akan kehidupan
berjamaah, berimamah dan berimarah dalam menyebarkan syariat Islam
menimbulkan semangat kelompok tadarusan ini untuk mendirikan sebuah
organisasi baru dengan ciri dan karakteristik yang khas.[3] Maka berdirilah PERSIS
pada tanggal 12 September 1923 di Bandung.[4]
Dengan kata lain,
pendirian PERSIS merupakan usaha sejumlah umat Islam untuk memperluas topik-topik diskusi keagamaan yang telah
dilakukan secara informal. Umat Islam yang terlibat dalam diskusi-diskusi ini
semuanya adalah kelas pedagang yang berasal dari Palembang yang telah lama
bermukim di Bandung dan pada akhirnya menyatakan diri sebagai orang Sunda.[5]
Sejak awal berdirinya, PERSIS
lebih menitik beratkan perjuangannya pada penyebaran penyiaran faham Al-Qur'an
dan As-Sunah kepada masyarakat muslim dan bukan untuk memperbesar dan
memperluas jumlah anggota dalam organisasi. PERSIS pada umumnya kurang memberikan
tekanan pada kegiatan organisasinya sendiri. PERSIS tidak terlalu berminat
untuk membentuk banyak cabang atau menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan
cabang tergantung pada inisiatif peminat semata dan bukan didasarkan kepada
suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinana pusat.[6] Keanggotaan awal PERSIS
kurang dari 20 orang pada tahun-tahun pertama. Aktivitaspun berkisar pada shalat
jum'at ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus
pengajaran agama yang diberikan oleh sejumlah tokoh PERSIS.[7] Sebagai gerakan tajdid,
PERSIS mempunyai ciri radikal apabila dibandingkan dengan organisasi lainnya.
A.Hassan sebagai penggerak dan tokohnya dikenal sebagai ulama yang beraliran
reformis, radikal dalam memutuskan hukum Islam, dan melaksanakannya berdasarkan
Al-Qur'an dan As-Sunah.[8]
Perjalanan panjang
sebuah organisasi sejak awal berdirinya hingga sekarang ini tidak terlepas dari dinamika
sosio-kultural masyarakat dan perilaku
politik di mana organisasi itu tumbuh dan berkembang. PERSIS pada periode awal
di bawah pimpinan Muhammad Zamzam, Muhammad Yunus, A.Hassan, dan M. Natsir menghadapi tantangan yang berat dalam
menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Disamping masyarakat yang jumud,
juga menghadapi kolonial Belanda dan kemudian Jepang. Menjelang kemerdekaan, PERSIS
mulai tertarik dengan masalah-masalah politik. Menurut PERSIS bahwa kembali
kepada Qur'an Sunah itu bukan hanya terbatas dalam aqidah dan ibadah, tetapi
lebih luas dari pada itu, termasuk berjuang dalam politik memenangkan ideologi
Islam.[9]
Pasca kemerdekaan, PERSIS
melakukan reorganisasi untuk menyusun
kembali sistem organisasi yang telah dibekukan oleh Jepang. Reorganisasi tahun 1948 PERSIS berada di bawah
kepemimpinan K.H. Isa Anshary dari tahun 1948-1960.[10] Saat itu PERSIS dihadapkan pada pergolakan
politik yang belum stabil. PERSIS mengeluarkan sejumlah Manifesto politik yang
isinya sebagian besar menolak konsepsi Bung Karno tentang NASAKOM, bahkan K.H
Isa Anshary membentuk front anti komunis yang membahayakan umat Islam.[11]
Pada muktamar PERSIS ke-7
di Bangil, berkembang wacana agar PERSIS di ubah formatnya dari organisasi
massa menjadi organisasi politik dengan nama baru "Jama'ah
Muslimin". Hal itu diungkapkan oleh ketua umumnya K.H. Isa Anshary. Di
pihak lain menginginkan PERSIS tetap eksis sebagai ormas Islam yang bergerak di
bidang dakwah dan pendidikan. Gagasan K.H Isa Anshary tersebut ditolak oleh
K.H.E Abdurrahman yang mendapat dukungan penuh dari pimpinan pusat pemuda PERSIS.
Setelah melalui pertarungan yang sangat alot, akhirnya K.H.E Abdurrahman
terpilih menjadi ketua umum PERSIS melalui referendum.[12]
Bergantinya pusat
pimpinan dan perubahan situasi, rupanya mempengaruhi pula penampilan PERSIS. Bila
pada masa kepemimpinan K.H. Isa Anshary, PERSIS kental dan akrab dengan politik
praktis, maka PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrhaman
sepertinya acuh tak acuh dengan poltik.[13] Selama masa kepemimpinan K.H.E
Abdurahman dari tahun 1962-1983, PERSIS menunjukkan kecenderungan pada
kegiatan-kegiatan sekitar tablig dan pendidikan, dari tingkat pusat hingga ke tingkat
cabang. Hal ini tidak terlepas dari
langkah dan kebijakan K.H.E Abdurrahman.[14]
K.H.E Abdurrahman lebih
mengorientasikan PERSIS sebagai "organisasi agama", sebab ia
mengambil pola kepemimpinan ulama, bukan polical leader. Pada masa
kepemimpinan K.H.E Abdurrahman inilah PERSIS kembali pada garis perjuangannya,
sehingga tidak salah jikalau Dadan Wildan mengatakan bahwa K.H.E Abdurrahman
sebagai penegak khittah PERSIS.[15]
Penelitian PERSIS pada
masa periode kepemimpinan K.H.E Abdurrahman penting dilakukan, karena pada
periode kepemimpinannya PERSIS mengalami reorientasi kembali menjadi organisasi
yang memusatkan perhatian pada bidang sosial keagamaan. Disamping itu, peran
K.H.E Abdurrahman di dalam tubuh PERSIS sangat menentukan bagaimana orientasi
dan aktivitas PERSIS. Hal itulah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian
tentang PERSIS, terutama pada masa K.H.E Abdurrahman.
B. Batasan
Dan Rumusan Masalah
Penelitian ini di
fokuskan pada bagaimana corak PERSIS pada periode kepemimpinan K.H.E
Abdurahman. Dengan demikian penelitian ini
di awali sejak PERSIS berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman
pada tahun 1962. Dinamika yang terjadi dalam PERSIS ditelusuri sampai K.H.E
Abdurrahman wafat pada tahun 1983.
Selama periode yang
disebutkan di atas, permasalahan utama penelitian ini di arahkan kepada mencari
jawaban kenapa PERSIS mengalami reorientasi pada masa kepemimpinan K.H.E Abdurrahman.
Permasalahan itu membawa kepada penelusuran tentang PERSIS sebagai organisasi
pembaharu dan faktor kepemimpinan di dalamnya. Selanjutnya permasalahan di atas
dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana dinamika PERSIS sejak berdiri
sampai muktamar di Bangil?
- Sosok seperti apa K.H.E Abdurrahman itu?
- Perubahan apa saja yang terjadi ketika PERSIS
berada di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman?
C Tujuan Dan Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
- Untuk mengetahui dan mejelaskan dinamika
PERSIS sejak berdiri sampai Muktamar di Bangil.
- Untuk mengetahu sosok seperti apa K.H.E Abdurrahman
itu.
- Untuk mengetahui perubahan yang terjadi ketika
PERSIS berada dibawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman.
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
- Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah
khasanah pengetahuan dan kepustakaan tentang organisasi keislaman dan
figur tokoh di Indonesia.
- Bisa dijadikan sebai sumber informasi dan
referensi dalam rangka penelitian tentang PERSIS dan tokoh-tokohnya.
- Bagi generasi muslim, dengan adanya
penelitian tentang PERSIS dan tokohnya ini bisa dijadikan sebagai suri
tauladan bagi umat Islam.
D. Tinjauan
Pustaka
Berkenaan dengan pokok
bahasan dalam penelitian ini, yaitu mengenai organisasi PERSIS sudah banyak
ditulis. Akan tetapi selama penelusuran penulis di perpustakaan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, penelitian yang secara khusus membahas PERSIS ketika berada
di bawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman belum penulis temui. Adaupun
karya-karya terdahulu yang ada hubungannya dengan topik yang penulis angkat
antara lain:
Persatuan Islam: pembaharuan Islam Abad XX
yang ditulis oleh Howard M. Federspiel (Yogyakarta:Gajah Mada University press.1996).
Buku ini menguraikan perjalanan panjang PERSIS mulai dari sebelum perang dunia
ke-II sampai kiprahnya dalam politik pada masa konstitusional. Federspil
memaparkan ide-ide PERSIS, baik yang berkenaan dengan agama maupun politik dan
pandangan mengenai Ahmadiyah, kaum Ba'alwi serta agama Kristen. buku ini juga menjabarkan kondisi dan
aktivitas yang terbatas pada masa pendudukan Jepang sampai pembekuan oleh Jepang. Pergolakan politik dan
ideologi Nasional pada masa demokrasi terpimpin dijelaskan bagaimana PERSIS menentang
ide NASAKOM.
Buku yang ditulis oleh
Dadan Wildan yang berjudul Yang Da'I Yang Politikus Hayat Dan Perjuangan
Lima Tokoh PERSIS (yang dterbitkan oleh Rosda karya: Bandungpada tahun 1997).
Di dalamnya dijelaskan tentang sejarah berdirinya PERSIS, aktivitas, dan
dinamika organisasi PERSIS. Dalam buku ini pula dipaparkan riwayat hidup dan
peran lima tokoh PERSIS yang sangat berpengaruh dan pernah menjabat sebagai
ketua umum.
Skripsi karya Dudung
Abdurhman mahasiswa fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga tahun 1988 yang berjudul “persatuan
Islam gerakan dan pemikirannya di Indonesia tahun 1923-1958”. Di dalam
skripsi ini di bahas gerakan PERSIS dan
pemikiran yang berkembang tentang masalah agama dan politik, serta dampaknya
terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran yg ditinjau saat PERSIS
berada di bawah kepemimpinan A.Hassan, M.Natsir dan Isa Anshary.
Skripsi karya Abdurahman
yang berjudul “Persatuan Islam Dalam Kepemimpinan K.H. Isa Anshary (1948-1960)”,
Menjelaskan bagaimana PERSIS ketika berada dibawah kepemimpinan K.H. Isa
Anshary. Dijelaskan pula bagaimana sikap PERSIS menentang kebijakan Soekarno
tentang NASAKOM, juga dijelaskan peran-peran K.H.Isa Anshary.
Adapun skripsi ini lebih
difokuskan pada penelitian tentang PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan
K.H.E Abdurrahman mulai dari tahun 1962 sampai tahun 1983
E. Landasan
Teori
Untuk menelusuri beberapa
hal yang terkait erat dengan tokoh seperti riwayat pendidikan, pengaruh, sebuah
pemikiran, serta situasi yang mempengaruhinya, maka dalam penelian ini
digunakan pendekatan biografis.
Pendekatan biografis
adalah suatu pendekatan yang diarahkan kepada perkembangan cara berpikir dan faktor-faktor
yang mempengaruhi seorang tokoh ataupun pengaruh yang yang disebabkan oleh
tokoh tersebut.[16]
Pendekatan biografis berfungsi untuk memahami dan mendalami kepribadian
seseorang dituntut pengetahuan latar belakang lingkungan sosial kultural dimana
tokoh tersebut dibesarkan, bagaimana proses pendidikan formal dan informal yang
dialami, watak-watak orang yang ada di sekitarnya. [17]
Adapun tujuan dari
pendekatan biografis adalah untuk memberikan pengertian tentang subjek
dan berusaha menetapkan dan menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan hidup
dari subjek yang diteliti, pengaruh-pengaruh yang diterima subjek itu dalam
masa formatif kehidupannya, sifat dan watak subjek, serta nilai subjek itu
terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.[18] Dengan menggunakan
pendekatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kepribadian,
riwayat hidup, dan perkembangan pemikiran K.H.E Abdurrahman secara komprehensif
dan semaksimal mungkin objektif.
Penelitian ini
mendeskripsikan dan menganalisa kepemimpinan K.H.E Abdurrahman dalam organisasi
PERSIS, dari mulai ia menjabat sebagai ketua umum, kebijakan yang dijalankan,
serta sumbangan pemikiran-pemikirannya bagi PERSIS.
Untuk menganalisis
bagaimana kepemimpinan yang dijalankan K.H.E Abdurrahman, penulis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Max Weber yang membagi tiga jenis kepemimpinan
menurut otoritasnya, yaitu otoritas legal Rasional, otoritas Tradisional, dan
otoritas Kharismatik.[19]
Dari tiga teori yang
dikemukakan oleh Max Weber tersebut, teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kepemimpinan Kharismatik, kepemimpinan ini adalah kepemimpinan
berdasarkan ketaatan terhadap kesucian (kewibawaan) yang sifatnya khusus dan
luar biasa, heroism atau sifat yang patut untuk diteladani dari
seseorang, sehingga tipe ini lebih berfokus pada Kharisma yang ada pada diri seseorang,
dan hal tersebut merupakan anugerah dari yang maha kuasa.[20]
Berkaitan dengan hal
tersebut, ada beberapa hal yang menggambarkan bahwa K.H.E Abdurrahman merupakan pemimpin yang kharismatik. Ia tampil sebagai ulama yang rendah hati,
berwibawa, berwawasan luas, dan dengan gaya kepemimpinan yang luwes telah
membawa PERSIS pada garis perjuangan yang berbeda. Dengan menggunakan
pendekatan persuasif edukatif, tanpa kesan keras namun tetap taguh dalam prinsip-prinsip
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Dia dikenal sebagai ulama besar, ahli hukum
yang tawadlu yang tidak ingin disanjung sehingga tidak banyak dikenal
umum.[21] K.H.E Abdurrahman
menunjukkan orang yang sehat, bersih, dan selalu rapi dalam berpakaian, apalagi
kalau hendak mengajar di pesantren dia
selalu tampil mengenakan celana panjang, berjas dan berdasi. Hal tersebut
dilakukan bukan untuk disanjung, tetapi untuk menghilangkan kesan bahwa pakaian
para ustad di pesantren selalu kotor, kumal, dan jorok.[22]
F. Metode Penelitian
Penelitian dan
pembahasan skripsi ini menggunakan metode sejarah, yakni di dalam pengkajian
terhadap masalah-masalah yang di tetapkan selalu berdasarkan perspektf masa
lampau dari objek yang diteliti. [23] Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalm metode ini adalah sebagai berikut: Heuristik, Verifikasi,
Interpretasi, dan Historiografi.[24]
Keempat langkah dalam
penelitian tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Heuristik
Karena penelitian ini
bersifat literer, maka dalam pencarian data, penulis menitik beratkan pada
kajian kepustakaan yang terdiri dari sumber-sumber sekunder, sumber-sumber ini
berupa buku-buku sejarah, dokumen-dokumen, majalah-majalah dan lain sebagainya
yang ada kaitannya dengan pembahasan yang diteliti. Selain itu, penulis juga
melakukan wawancara dengan keluarga K.H.E Abdurrahman ataupun dengan
orang-orang yang mengetahui sosok K.H.E Abdurrahman
- Verifikasi
Untuk menguji
otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang digunakan, dilakukan kritik intern
dan ekstern. Langkah ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang satu
dengan yang lain.
Kritik intern dilakukan
untuk menguji apakah informasi yang didapatkan itu dapat diterima atau tidak,
hal mana usaha pengujiannya antara lain dengan membandingkan data yang satu dengan
data yang lainnya. Adapun kritik ekstern adalah dalam rangka menguji asli atau
tidaknya sumber, hal ini terutama berkenaan dengan sumber tertulis atau sumber
lisan.[25]
- Interpretasi
Tahap ini merupakan
proses penafsiran terhadap data atau fakta yang dapat dikumpulkkan, dan setelah
lolos dari seleksi (Kritik) sumber. Pada tahap ini juga terkait dengan proses
penelitian serta pembahasan, yaitu menganalisa segala peristiwa yang sesuai
dengan pokok permasalahan dan kemudian menyimpulkan (sintesa) terhadap
fakta-fakta yang didapatkan, sehingga memperoleh penjelasan tentang
masalah-masalah sejarah yang diteliti itu.
- Historiografi
Historiografi merupakan
tahap terakhir dalam metode sejarah. Dalam hal ini mencakup cara penulisan,
pemaparan atau atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan[26] . Dalam tahap ini akhir
penulis berusaha menulis kembali kejadian masa lampau dengan mengolah data yang
sudah di kritik untuk kemudian menyajikannya dalam bentuk tulisan.
G. Sistematika Pembahasan
Penyajian penelitian ini
mencakup lima bab.
Bab pertama merupakan
pendahuluan, di dalamnya menguraikan beberapa pasal pembahasan yang terdiri
dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang
gambaran PERSIS mulai dari sejarah berdirinya dan aktivitas PERSIS dari masa ke masa.
Pembahasan ini untuk memberikan gambaran tentang dinamika PERSIS dari mulai
berdiri sampai pada muktamar di bangil.
Bab ketiga membahas
tentang biografi K.H.E Abdurrahman, yang meliputi latar belakang keluarga,
pendidikan, kecendikiawanan dan keulamaan K.H.E Abduraman dan karya-karyanya.
Pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang sosok K.H.E Abdurrahman.
Bab keempat merupakan
inti dari penelitian ini, dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang kebijakan-kebijakan
K.H.E Abdurrahman selama menjadi ketua umum PERSIS, baik dalam bidang
organisasi, pendidikan, dan dakwah. Selain itu, pembahasan ini dimaksudkan
untuk bagaimana PERSIS ketika berada dibawah kepemimpinan K.H.E Abdurrahman.
Bab kelima merupakan bab
penutup yang berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. Bab
ini berisi kesimpulan, dan juga terdapat saran-saran.
DAFTAR
PUSTAKA
Dadan wildan, yang da'I yang politikus hayat
dan perjuangan lima tokoh persis.Bandung: Rosda Karya, 1997.
Dadan Wildan Annas. K.H.E Abdurrahman dan
sejarah pembaharuan Islam Di Indonesia. Majalah Risalah, 1997.
Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia
1900-1942.Jakarta:LP3S, 1985.
Dudung Abdurahman. Metode penelitian Sejarah.
Jakarta: Logos, 1999, cet.II.
Federspiel. M. Howard. Persatuan Islam
Pembaharuan Islam abad XX, terj. Yudian W. Asmin, H. Afandi muchtar.
Yogyakarta: Gajah Mada Uneversity Press, 1996.
Gottschalk, louis. Mengerti Sejarah, terj.
Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI press, 1985.
Haris Muslim. Persis dari masa ke masa: sebuah
refleksi sejarah, dalam siapkah persis menjadi mujadid lagi? upaya
mewujudkan wacana persis baru. Yusup Burhanudin (ed). Bandung: Alqaprit, 2000.
Isa Anshary. Manifest Perjuangan Persatuan
Islam. Secretariat pusat pimpinan Persatuan Islam.
Kuntowijoyo. Pengantar ilmu sejarah.
Yogyakarta: bentang Budaya,1995.
Majalah risalah. Persis dalam perspektif
sejarahnya. 1990.
Max weber.The History of Social and Economic Organization,
Transleted by A.M Henderson and talcott Parsons. London: The Free Press.1964.
Sartono
kartodirjo. Sejarah Pendekatan Ilmu Social Dalam Metodologi. Jakarta:
Gramedia, 1992.
Stoddar, L. Dunia Baru Islam. Jakarta: Panitia
Penerbit.1996.
Winarno surakhmad. Pengantar Penelitian Dasar
Metode Tekhnik. Bandung: Tarsito.1985.
[1] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (
Jakarta: LP3S, 1985), hlm. 95
[2]L.Stoddar, Dunia Baru
Islam (Jakarta: panitia penerbit, 1996), hlm 306
[3] Pusat Pimpinan Persatuan Islam, Sejarah singkat Persatuan Islam
(PERSIS) (Bandung: PP PERSIS , TT), hlm, 5
[5] Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembahruan Islam Abad XX, terj Yudian W. Asmin, H.Afandi mochtar (
yogyakarta: Gajah Mada university Press, 1996), hlm15
[6] Haris Muslim, Persis dari
Masa ke Masa: sebuah refleksi sejarah, dalam siapkah persis menjadi mujadid
lagi? Upaya mewujudkan wacana persis baru, Yusup burhanudin(ed.) (
Bandung: Alqaprint,2000) hlm18
[8] L.Stoddard, Dunia Baru Islam, hlm 316
[9] Isa Anshary, manisfest Perjuangan Persatuan Islam (
Secretariat Pusat Pimpinan Persatuan Islam Dj. Pajagalan 22 Bandung 1958) hlm,
24
[10] Pusat Pimpinan Persatuan Islam
(PERSIS), Sejarah Singkat, hlm.12
[14] Dadan Wildan Annas, K,H.E Abdurhman Dan Sejarah Pembaharuan Islam
di Indonesia, Majalah Risalah no.6 TH XXXV. Agustus 1997, hlm 20
[15] Dadan Wildan, Yang Da'I Yang Politikus, hlm 135
[17] Sartono kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi
Sejarah (Jakarta:Gramedia, 1992), hlm.77
[19] Max weber, The history of Social and ekonomic Organization,Transleted
by A.M Henderson and Talcott Parson (London: The Free Pess, 1964),hlm,328.
[21] Dadan Wildan, Yang Da’I Yang Politikus
hayat dan perjuangan Lima Tokoh Persis
( Bandung: Rosda Karya, 1997)hlm.122
[23] louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj Nugroho Notosusanto
( Jakarta: UI Press 1985) hlm 19
[24] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Yogyakarta: Bentang Budaya,
1995), hlm 94-105
0 komentar:
Posting Komentar